Tuesday, January 21, 2020

Alergi Anak Karena Polusi Udara - Balita merupakan satu masa dimana pertumbuhan dan perkembangan anak dimulai. Pada masa ini tentunya orang tua akan memberikan yang terbaik untuk anaknya, khusus untuk sesuatu yang masuk ke tubuhnya seperti makanan, minuman hingga udara.

Alergi Anak
Sumber : Distributor Alat Pengukur
Sayangnya di beberapa wilayah, kualitas udaranya terbilang tidak sehat bahkan ada yang masuk dalam kategori berbahaya. Mulai dari kabut asap yang melanda beberapa wilayah di Indonesia seperti Riau yang mengalami kabut asap sekitar satu bulan. Belum lagi kualitas udara di Jakarta yang disebut-sebut menjadi salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Hal ini tentu bisa menyebabkan masalah kesehatan, terutama pada bayi yang sistem kekebalan tubuhnya masih sangat rentan. Kondisi ini membuat si kecil sangat hipersensitif terhadap udara luar, termasuk udara yang jelek.

Alergi Anak Karena Polusi Udara

Kualitas udara yang buruk menjadi salah satu faktor pemicu munculnya alergi pada anak, hal tersebut disampaikan oleh dr Muliaman Mansyur selaku Head of Medical Kalbe Nutritionals. Di samping itu, tentu yang paling berpengaruh hingga 80% terhadap alergi anak adalah faktor genetik.

"Penyebab alergi pada bayi dan anak ada 2 macam yaitu karena faktor genetik dan lingkungan. Genetik memainkan peran penting dalam terjadinya alergi pada bayi. Jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi, maka bayi dapat berisiko mengalami alergi hingga 80%,"ujar dr Muliaman.

Selain itu, faktor lingkungan biasanya membuat reaksi alergi pada anak saat menginjak usia 2 tahun, tambah dr Muliaman. Pada usia tersebut, anak bisa terpapar dengan benda - benda yang ada di dalam maupun di luar rumah, seperti serbuk sari, tungau, bulu hewan, jamur, asap rokok, debu rumah, cuaca dan polusi udara.

Selain kualitas udara dan genetik, lanjut dr Muliaman, faktor lainnya yang menyebabkan anak alergi adalah makanan. Bahkan, paparan lingkungan sendiri, menurut dr Muliaman, lebih jarang ditemui dibandingkan alergi yang disebabkan oleh makanan.

"Alergi yang juga sering terjadi adalah karena paparan makanan yang paling sering menyebabkan alergi antara lain susu, telur, kacang, kerang, dan ikan. Alergi susu sapi adalah yang paling sering dan awal muncul pada bayi dan anak karena susu lah makanan pertama yang dikenalkan setelah ASI," ujarnya.

Adapun gejala alergi yang dapat dan sering muncul pada saluran pencernaan seperti bayi jadi muntah, diare, kolik. Bahkan, ada beberapa kasus keluarnya BAB darah, baik yang tampak jelas berupa darah segar, maupun darah samar yang dibuktikan oleh pemeriksaan mikroskopik.

"Sedangkan gejala akibat polusi udara adalah gejala pada saluran napas berupa pilek, batuk, sesak nafas dan asma. Gejala ketiga, adalah gejala kulit berupa eksim atau kaligata," ujarnya

Sebagai upaya pencegahannya, untuk gejala alergi seperti asma ataupun eksim dapat dicegah dengan menghindari alergen. Namun bila hal tersebut disebabkan karena polusi udara maka jangan biarkan anak terlalu lama bermain di tempat dengan polusi udara tinggi, berasap debu atau bila perlu anak dapat memakai masker.

Sementara untuk pencegahan alergi terhadap makanan bisa dilakukan dengan memperkenalkan berbagai jenis makanan sedini mungkin. Selain itu, sejak awal kelahiran si buah hati, pastikan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

Jangan berhenti memberikan ASI hanya karena menduga anak Anda alergi susu. Anda perlu mengetahui tipe alergi anak, apakah anak memang alergi protein susu atau ia mengalami intoleransi laktosa. Untuk mengatasinya, hindari memberikan susu sapi dan segala jenis produk olahannya seperti keju, mentega, dan lain-lain.

Selain itu, ganti nutrisinya dengan susu berbahan partially-hydrolized protein, sebagai alternatif susu sapi. Susu ini juga mengandung isolat protein kedelai yang berkualitas tinggi sehingga dapat menggantikan susu sapi dan cocok untuk anak yang intoleran atau alergi susu sapi.

0 comments:

Post a Comment